Senin, 02 Mei 2011

TEORI kEPRIBADIAN

A. TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS
1. Tokoh dan Teori Dasar Psikoanalisis
Teori ini di kembangkan oleh Sigmund Freud. Dia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Kota Morivia dan meninggal dunia pada tanggal 23 September 1939, di London. Dia lahir dari keluarga kelas menengah Yahudi. Ayahnya, Jacob Freud bekerja sebagai seorang pedagang wol yang kurang sukses.
Pada tahun 1873, freud masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dab pada tahun 1881 dia lulus sebagai dokter dengan yudisium “excellent”. Freud adalah seorang ahli neurologi, dia mulai berpraktek medis di Wina sampai akhir abad 19. Seperti halnya para ahli neurologi lainnya pada masa itu, dia sering membantu orang-orang yang mengalami masalah-masalah nervous, seperti rasa takut yang irrasional, Obsesi, dan rasa cemas. Dalam membantu penyembuhan masalah-masalah gangguan mental tersebut, dia mengembangkan prosedur yang inovatif yang dinamai psikoanalisis.
Psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien, untuk menggali kehidupan pribadinya yang paling dalam. Pengalamannya menangani para pasien banyak memberikan inspirasi kepada Freud untuk menyusun teori kepribadiannya. Pengembangan teori itu, didukung juga oleh penelahaan terhadap konflik-konflik dan kecemasan-kecemasan yang dialaminya sendiri.
Teori Freud memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal-hal berikut.
1. Pendapat Freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran amat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Pendapat ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
2. Pendapat Freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa manusia dipandang tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3. Pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukkan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu determinisme psikis dan motivasi tak sadar.
a. Determinisme Psikis (Psychic Determinism)
Asumsi ini mengemukakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud dan itu semuanya secara alami sudah ditentukan.
b. Motivasi tak sadar (Unconscious Motivation)
Freud meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, betfikir, dan merasa) ditentukan oleh motif tak sadar.

2. Struktur Kepribadian
a. Id (Das Es), Aspek Biologis Kepribadian
Id merupakan komponen kepribadian yang primitive, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energy psikis, maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb) dan instink kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku.
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui reflex dan proses primer (the primary process). Refleks merupakan reaksi-reaksi mekanisme/otomatis yang bersifat bawaan (bukan hasil belajar), seperti bersin dan berkedip. Proses primer merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktifitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. contoh yang terbaik tentang proses primer ini adalah mimpi (dream).
b. Ego (Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau menejer dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya atau sebagai system kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas (reality principle). Peranan utama Ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (external social world) yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas (reality principle) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus memahami kekuatan kuda. Dalam rangka menghindar dari masalah, ego harus berusaha menjinakkan dorongan-dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasar pada “secondary process thingking”. Proses sekunder adalah berfikir realistic yang bersifat rasional, realistic dan berorientasi pada pemecahan masalah.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego ini adalah bahwa (1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energy atau daya ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar, (4) ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.
c. Super Ego (Das Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait sdengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup, terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk. Individu menginternalisasi berbagai norma sosial tersebut. dalam arti, individu menerima norma-norma sosial atau prinsip-prinsip moral tertentu, kemudian menuntut individu yang bersangkutan untuk hidup sesuai dengan norma tersebut.
Superego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya.
Superego berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistic dengan tujuan-tujuan moralistic, dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection).

B. TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISTIK
A. Pendahuluan
Behavioristik merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior). Teori ini telah berkembang sejak 1913, yaitu ketika John B. Watson mempublikasikan artikel yang cukup berpengaruh.
Para ahli behavioristik kurang memiliki perhatian terhadap struktur kepribadian internal, seperti id, ego dan superegonya Freud, karena struktur seperti ini tidak dapat diobservasi. Mereka lebih memeprhatiakn kecenderungan-kecenderungan respon yang dapat diamati. Mereka memandang kepribadian individu sebagai “koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan berbagai situasi rangsangan yang beragam”.
Sebagian behavioris, seperti Dollar & Miller (1950) menyetujui pendapat Freud tentang pentingnya pengalaman masa kecil. Mereka berpendapat bahwa kepribadian dibentuk melalui proses evolusi yang berkesinambungan. Namun mereka kurang memperhatikan tahapan perkembangan.

B. Uraian Materi
1. Pembiasaan Klasikal: Pavlov
Pembiasaan klasikal (classical conditioning) merupakan tipe belajar yang menekankan stimulus netral memerlukan kapasitas untuk merangsang respon yang secara orsinil terangsang oleh stimulus yang lain. Proses ini dinamakan juga respondent conditioning yang pertama kali diperkenalkan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1903.
Pavlov adalah ahli fisiologi ternama Rusia yang mendapatkan penghargaan Nobel (dalam penelitian tentang pencernaan). Dia seorang ilmuwan yang penuh dedikasi, yang terobsesi dengan penelitiannya. Dia telah meneliti tentang proses pencernaan anjing, ketika dia telah mengetahui bahwa anjing dapat dilatih untuk mengeluarkan air liur untuk merespon bunyi bell. Sebagian stimulus netral, bunyi bell memang tidak menghasilkan respon air liur anjing. Untuk mengubah agar bunyi bell itu dapat menghasilkan respon, maka Pavlov menyertakan (memasang) bell dengan bubuk daging (stimulus yang melahirkan respon keluarnya air liur).
Dalam uji coba Pavlov, keterkaitan antara bubuk daging dengan air liur merupakan hubungan yang alami (natural) yang tidak diciptakan melalui “conditioning”. Bubuk daging ini merupakan stimulus tak bersyarat (unconditioned stimulus: USC), sementara keluarnya air liur merupakan respon tak bersyarat (unconditioned response: UCR).
Hubungan antara bell dengan air liur terjadi melalui “conditioning”, sehingga bell menjadi “conditioned stimulus” (CS), yaitu stimulus netral yang memiliki kapasitas untuk membangkitkan “conditioned response” melalui “conditioning”. Sementara “conditioned response” (CR) merupakan reaksi yang dipelajari terhadap CS yang terjadi, karena didahului dengan “conditioning”. Dalam percobaan Pavlov, air liur anjing merupakan UCR ketika terangsang oleh UCS (bubuk daging), dan CR (air liur) keluar karena terangsang oleh CS (bell).
Apakah peran “classical conditioning” dalam membentuk kepribadian? Peranannya adalah memberikan kontribusi terhadap pembentukan respon-respon emosional, seperti rasa takut, cemas atau phobia.
2. Pengkondisian Operan: Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir tahun 1904 di Susquehanna Pennsylvania dan meninggal dunia pada tahun 1990. Skinner adalah salah seorang ahli psikologi Amerika yang banyak menghabiskan waktunya bekerja di Universitas Harvard. Dia masuk Universitas Harvard pada tahun 1928 dan memperoleh gelar Ph. D. dalam bidang psikologi pada tahun 1931. Selama 5 tahun dia menghabiskan waktunya di laboratorium W.J. Crozier, seorang biolog eksperimental. Pilihannya terhadap pendekatan behaviorisme mengarahkannya untuk menolak kekuatan-kekuatan mental dan emosional.
a. Tipe Tingkah Laku
Skinner membagi tingkah laku kedalam dua tipe yaitu responden dan operan. Tingkah laku responden (respondent behavior) adalah respon atau tingkah laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya adalah reflex. Contohnya : mata listrik. Berkedip dan menarik tangan adalah respon (reflex), sedangkan debu dan sengatan strum adalah stimulus.
Tingkah laku Operan (operant behavior) adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan (sukarela) tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung. Tingkah laku ini ditentukan atau dimodifikasi oleh reinforcement yang mengikutinya.
b. Pengkondisian Tingkah Laku Operan (Operant Conditioning)
Teori yang dikembangkan Skinner terkenal dengan “Operant Conditioning”. Yaitu bentuk belajar yang menekankan respon-respon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol oleh konsekuen-konsekuennya. Proses “operan conditioning” dijelaskan oleh Skinner melalui eksperimennya terhadap tikus, yang terkenal dengan “Skinner box”.
Ketika tikus yang dimasukkan di dalam peti (box) tidak diberi makan untuk berapa waktu lamanya (tikus menjadi lapar), dia bertingkah laku secara spontan dan acak, dia aktif, mendengus, mendorong, dan mengeksplorasi lingkungannya. Tingkah laku ini bersifat sukarela (emitted) tidak dirangsang (elicited), dalam arti respon tikus itu tidak dirangsang oleh stimulus tertentu dari lingkungannya.
Setelah beberapa lama beraktivitas, tikus secara kebetulan menekan pengungkit yang terletak pada salah satu sisi peti, yang menyebabkan makanan jatuh kedalam kotak. Makanan tersebut menjadi reinforce (penguat) bagi tingkah laku (respon) menekan pengungkit. Tikus mulai menekan pengungkit dalam frekuensi yang lebih sering. Mengapa? Karena tikus lebih banyak menerima makanan.
Berdasarkan eksperimennya, Skinner berkesimpulan bahwa “operant conditioning” lebih banyak membentuk tingkah laku manusia daripada “classical conditioning”, karena kebanyakan respon-respon manusia lebih bersifat disengaja daripada yang reflektif.
c. Kekuatan Reinforcement
Menurut Skinner “reinforcement” dapat terjadi dalam dua cara : positif dan negative. Yang positif terjadi ketika respon diperkuat (muncul lebih sering) sebab diikuti oleh kehadiran stimulus yang menyenangkan. “Reinforcement” positif ini sinonim dengan “reward” (penghargaan).
Sementara reinforcement negative terjadi ketika respon diperkuat (sering dilakukan), karena diikuti oleh stimulus yang tidak menyenangkan. Reinforcement ini memainkan peranan dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan untuk menolak (menghindar). Pada umumnya orang cenderung menghindar dari situasi yang kaku, atau masalah pribadi yang sulit.
d. Ekstingsi dan Hukuman (Extinction & Punishment)
Seperti dampak dari “classical conditioning”, dampak dari “operant conditioning” pun tidak berlangsung lama (bersifat lemah dan bisa lenyap). Terjadinya ekstingsi dimulai ketika respon-respon yang diperkuat mengakhiri dampak yang positif. Seperti anak yang suka melucu akan menghentikan melucunya, apabila dia tidak lagi mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari teman-temannya.
Beberapa respon mungkin dapat diperlemah dengan hukuman. Menurut Skinner hukuman ini terjadi ketika repon diperlemah (menurun frekuensinya dan bahkan menghilang), karena diikuti oleh kehadiran stimulus yang tidak menyenangkan.
C. TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
Aliran humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.
Menurut aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.
Aliran humanistik ini mempunyai pertalian yang erat dengan aliran eksistensialisme. nyatanya, banyak Psikolog-psikolog Humanistik berorientasi eksistensialisme. Psikologi Humanistik dan Eksistensialisme mementingkan keunikan-keunikan pada seorang individu, usahanya mencari nilai-nilai, dan kebebasannya untuk memuaskan diri. Aliran eksistensialisme menekankan beberapa tema dasar yang diantaranya tema menghendaki arti, kecemasan eksistensial, dan menemukan ketidakadaan (kehampaan) adalah yang paling tepat.
Tema-tema ini dapat dilihat pada paparan dari Viktor Frankl merupakan salah seorang psikiater yang berorientasi eksistensialisme yang sangat menonjol. Viktor Frankl mendirikan aliran Psikoterapi-Logoterapi dari pengalaman pahit dan lama dalam kamp konsentrasi Nazi yang kejam. “Logoterapi” berasal dari perkataan Yunani logos yang berarti “arti/ makna” atau “spirit”. Maka logoterapi berfokus pada arti eksistensi manusia dan usahanya mencari arti itu.
Untuk menstimulasi pencarian arti dalam diri pasien-pasiennya, frankl bertanya kepada mereka yang putus asa: “…….karena kamu hidup begitu menderita kenapa kamu tidak bunuh diri?” dari jawaban-jawaban mereka, misalnya karena cinta kepada anak, ibu atau kekasih, karena pengabdian kepada tugas atau partai, Dr. Frankl bisa memunculkan dan menggabungkan semua tenaga-tenaga pendorong yang memberi arti kepada kehidupan psikik dan spiritual mereka.
Motto logoterapi adalah pernyataan Nietzche yang terkenal: “Ia yang mempunyai sebab untuk hidup dapat menanggungkan hampir segala-galanya”. Baginya, sebab pokok ledakan gangguan-gangguan emosional adalah rasa frustasi dari kehendak manusia akan “arti Jadi, kehendak akan “arti’ adalah watak dasar manusia. Frustasi terhadap kehendak itu membawa kepada kekosongan dan eksistensial, kepada pertemuan dan ketidakadaan; dengan yang tidak hidup. Frustasi ini terutama sekali berujud kebosanan dan “kecemasan eksistensial” yang mungkin sekali bisa membawa kepada apa yang disebut oleh Frankl sebagai “noogenic neurosis”. Noogenic neurosis adalah suatu neurosis yang timbul akibat konflik moral dan spiritual antara berbagai nilai-nilai, bukan sebagai akibat konflik antara dorongan-dorongan.
Ada dua kutipan pendek dari pandangan eksistensialisme dalam menyangkal psikoanalisis dan behavior :
- Pencarian arti (makna) bagi manusia adalah merupakan suatu kekuatan primer dan bukan “rasionalisasi sekunder” dari dorongan-dorongan instink.
- Arti (makna) itu unik dan khusus hingga harus dan hanya dapat dipenuhi oleh manusia itu sendiri; barulah tercapai kepuasan kehendaknya akan arti (makna).
Ada beberapa penulis yang mengatakan bahwa arti dan nilai tidak lain hanyalah mekanisme pertahanan, reaksi-reaksi formasi dan sublimasi-sublimasi. Tapi bagi eksistensialisme manusia tidak hidup semata-mata demi “mekanisme pertahanan” dan juga tidak rela mati demi sebuah “reaksi formasi”. Tapi manusia sanggup hidup maupun mati demi ideal-ideal dan nilai-nilainya.

TEORI ABRAHAM H. MASLOW
Abraham H. Maslow (1908-1970)Abraham H. Maslow lahir dan besar di Brooklyn, dimana orangtuanya tinggal setelah beremigrasi dari Russia. Pada awalnya keluarga Maslow sangat miskin tetapi secara pesat meningkat pada lingkungan ³kelas menengah´, karenaayah Maslow yang seorang pengusaha pada akhirnya dapat menjadi sukses. Maslow tidak terlalu dekat denganibunya, sedangkan dia menganggap ayahnya adalah orang baik, tetapi tidak memahami minat intelektualnya. BerthaGoodman (sepupu Maslow) adalah figur yang mempengaruhi masa kecil Maslow.Pada umur 16 tahun, Maslow sadar bahwa dia mencintai Bertha, dan menikahinya pada tahun 1928. Dia mempunyaianak (Ann dan Ellen), dan Maslow berkata bahwa kelahiran anak pertamanya telah merubah kehidupannya. Ketikapertama kali sampai di Wiconsin dia sangat antusias terhadap Watson dan teorinya tentang ³behavior´. Setelahpenelitiannya dengan ³monyet´, Maslow melakukan studi paralel tentang manusia, dengan menemukan banyak kesamaan (Maslow 1968). Pada suatu saat di tahun 1941, setelah Pearl Harbor diserang oleh Jepang, Maslowmengatakan bahwa ia menyerah telah mengambil jalan yang egois. Dia mempunyai visi yang lain tentang manusiadan sekitarnya. Maslow sangat tertarik pada teori Freud dan Gestalt dengan konsep organisme dilihat dari pertumbuhannya, tetapiwalaupun begitu, studinya tentang filsafat meyakinkannya bahwa kesejahteraan seorang manusia tidak akanditemukan dalam konsep behaviorisme ataupun psikoanalisis.
Manusia Pada Dasarnya Baik Pertama, menurut Maslow, manusia mempunyai suatu struktur psikologis yang penting yang ada pada struktur fisik mereka : mereka mempunyai ³kebutuhan, kapasitas, dan kecenderungannya berdasarkan genetik.´ Sebagiankarakteristik ini adalah tipikal pada semua manusia; dan sebagian ada yang "unik pada individual.´ Kebutuhan ini,kapasitas, dan kecenderungan yang sangat utama baik atau sedikitnya netral, mereka bukanlah sifat yang jahat.Dugaan ini pada salah satu novel Maslow, para penulis telah mengira bahwa kebutuhan manusia atau kecenderungannya jelek atau antisosial dan harus diatasi melalui latihan dan sosialisasi (ahli agama mengemukakansebagai dosa; konsep Freud tentang Id). Kedua, kesehatan dan perkembangan yang diinginkan termasuk aktualisasi karakteristik ini atau potensi-potensiorang yang berfungsi sepenuhnya. Kematangan orang ³sepanjang garis bahwa ini tersembunyi, rahasia, secarasamar-samar melihat sifat penting, tumbuh dari dalam dibandingkan menjadi pembentukan dari luar´ (Maslow,1954). Ketiga, menurut Maslow, psikopatologi berasal dari frustrasi, pengingkaran, atau guncangan sifat alami manusia. Hal ini berarti bahwa psikoterapi atau terapi yang dilakukan adalah mengarah pada aktualisasi diri danpengembangan pribadi individu atau ´inner nature´(Maslow1954)
Motivasi:HirarkiKebutuhan
GambarHirarkiKebutuhandariMaslow
Harga Diri Kebutuhan Psikologis (Dicintai, Diterima, Memiliki) Rasa Aman Kebutuhan
a. Fisiologis Aktualisasi Diri
Maslow memformulasikan sebuah teori dari motivasi manusia dalam berbagai kebutuhan manusia yang dilihatseperti muncul dalam hirarki pertunjukkan. Kebutuhan dasar manusia, berupa makan dan minum harus dipenuhiterlebih dahulu dari kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan akan harga diri dan lainnya. Kebutuhan FisiologisSebagian kebutuhan fisiologis adalah homeostatik dalam alami (mencoba untuk memelihara yang seimbang antaraelemen yang berbeda). Sebagai contoh, melalui asupan makanan dan air, tubuh mencoba untuk memelihara berbagaimacam keseimbangan dalam darah dan jaringan tubuh seperti isi dari garam, gula, protein, dan substansi yang lain. Kebutuhan Rasa AmanKebutuhan berikut adalah kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan untuk keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, order,hukum, batas-batas, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan seterusnya. Ekspresi manusia pada kebutuhan iniadalah nampak lebih jelas dalam respon-respon : menangis, menjerit, dan hentakan yang sangat tegang untuk ditangani secara kasar, yang terkejut oleh suara gaduh atau lampu yang terang, atau hanya dengan kekurangan yangdidukung oleh orangtua. Seperti kelaparan, kesakitan dari penyakit, dari kemarahan orangtua dan perselisihan, ataudari kelalaian atau yang disalahgunakan, mungkin merubah pandangan anak-anak secara keseluruhan pada dunia.Dunia mungkin menjadi tempat teror dan kegelapan.

b. Kebutuhan Dicintai dan Mencintai
Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada manusia cukup baik, mereka akan bekerja keras dengan intensitasyang tinggi untuk meningkatkan hubungan secara afeksi dengan orang lain, yaitu keluarga, teman, pasangan jiwa,kekasih, anak-anak. Maslow mengemukakan bahwa kita mempunyai ³kecenderungan seperti binatang untuk berkumpul, bergerombol, bergabung, untuk menjadi anggota´ (1970) yang telah frustrasi ³oleh kebijakan mobilitaskita, gangguan pada kelompok tradisional, menyebar pada keluarga-keluarga, kelompok generasi, orang urban yangmenetap dan penghilangan dari desa yang menghadapi dan kesimpulan yang dangkal dari persahabatan di Amerika´. Kebutuhan Rasa Harga DiriKebutuhan rasa harga diri ada dua set. Set pertama meliputi kebutuhan untuk kuat, penguasaan, kompetensi, percayadiri, dan mandiri. Set yang kedua meliputi kebutuhan untuk gengsi, dalam merasakan hormat dari orang lain; status;ketenaran; dominan; orang penting; bermartabat; dan penghargaan.
Kebutuhan Aktualisasi DiriKetika keempat kebutuhan dasar, atau kekurangan, kebutuhan kita untuk mendiskusikan yang telah terpenuhi.Konsep aktualisasi diri dari Maslow benar-benar mempunyai relativitas. Diantaranya adalah konsep Jung padaarketipe diri, konsep Adler kekuatan kreatif dari diri, konsep Horney realisasi diri, dugaan Roger pada evolusi dantumbuhnya diri.MetaneedsKebutuhan akan aktualisasi diri adalah merupakan payung dari segala kebutuhan, ada 17 metaneeds atau nilai-nilai.Metaneeds tersebut sangat fokus terhadap pengetahuan dan pemahaman. Beberapa metaneeds ini sangat penting,yang menjadi kebutuhan dasar; sebagai contoh, kebutuhan akan kebenaran, keadilan dan kebermaknaan ataukebutuhan akan estetika, sebagai contoh; keindahan, kesederhanaan, kesempurnaan. Bagaimana Kepribadian dapat Teroganisir?Bagi Maslow, unit kepribadian yang mendasar adalah sindrom kepribadian. Sindrom kepribadian adalah sesuatuyang terorganisir, saling ketergantungan, gejala-gejala struktur kelompok. Dalam studinya pada dua sindrom, yaitu;harga diri dan rasa aman, Maslow menyebutnya ´holistic-analytic methodology´.Analisis Maslow tentang rasa aman dan sindrom kepribadian, dia membuat menjadi beberapa level dan level 1adalah sindrom kepribadian itu sendiri dan level selanjutnya sampai pada level ke-5.
SindromKepribadian
Level1Security-InsecuritySubSindrom
Level2Kekuatan±KetundukkanSub-Subsindrom
Level3Prasangka-EgalitarianismSub-Sub-Subsindrom
Level 4Warna Kulit ± Karakteristik Manusia lebih dalamSub-Sub-Sub-Subsindrom
Level5PerbedaanIndividu±PersamaanIndividu

c. Aktualisasi Diri
Puncak Pengalaman dan B & D RealmsMaslow melakukan studi tentang penyimpangan atau neurotik, dia mengemukakan bahwa individu hanya akanmenghasilkan penyimpangan psikologi. Studi ini dilakukan terhadap seseorang yang menyadari sepenuhnya akanpotensi-potensi dirinya. Menggunakan metode penelitian klinis. Maslow menemukan bahwa setiap subjek penelitianitu mengalami neurosis, kepribadian psikopat, psikosis dan kecenderungan penyimpangan-penyimpangan yang lain. Puncak PengalamanMaslow memulai studi tentang puncak pengalaman ini, dengan bertanya kepada subjek tentang pengalaman yangpaling indah dalam hidup mereka. Saat yang sangat membahagiakan, ketika merasa sangat dicintai atau ketikasedang mendengarkan musik atau saat kita melakukan hal yang kreatif. Orang yang mengalami puncak daripengalamannya ini akan merasa mempunyai integritas diri. Ada 7 pengaruh dari puncak pengalaman ini, yaitu:
1. Menyembuhkan gejala-gejala neurotik
2. Kecenderungan untuk memandang diri dengan lebih baik
3. Perubahan dalam memandang orang lain, sehingga memperbaiki hubungan dengan mereka
4. Perubahan dalam memandang dunia
5. Melahirkan kreativitas, spontanitas dan ekspresif
6. Berusaha untuk mengulangi pengalaman yang membahagiakan
7. Memandang hidup lebih bermanfaat
B & D RealmsMenurut Maslow seorang individu berhubungan dengan dunia melalui 2 metode yaitu D dan B realms. D adalahdefisiensi, individu yang hanya puas dengan memenuhi kebutuhan dasarnya saja. Dan B adalah being, ketikakebutuhan dasar dan motif-motifnya sudah terpenuhi, individu akan mulai fokus pada motivasi, aktualisasi diri danmemperkuat eksistensi dirinya.
Hal-hal yang Mendorong Aktualisasi DiriMaslow tidak mengemukakan teori yang formal tentang perkembangan kepribadian. Dia lebih fokus padaperkembangan aktualisasi diri, ide-idenya tentang bagaimana individu dapat mengaktualisasikan diri dan bagaimanapendidikan dan masyarakat dapat mendorong aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dimunculkan di sekolah(Maslow 1971).

TEORI CARL ROGERS
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau terapi yang berpusat padaklien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya pada proses terapi bahwa Carl Rogers adalah terkenaldalam dunia psikologi. Metode Rogers telah tersebar luas antar orang-orang dalam berbagai profesi, sebagai contohkonselor pendidikan, konselor bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers adalah orang pertama yang melibatkan penelitike dalam sesi terapi (memakai tape recorder), yang pada tahun 1940an membuka sesi klien untuk dicermati oranglain masih tabu. Dengan cara itu orang mulai belajar mengenal hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.
Struktur KepribadianSejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankanaspek struktural dari kepribadian. Namun, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya, organisme, medan fenomenal, dan self. OrganismeOrganisme adalah secara fisik makhluk dengan semua fisik dan fungsi psikologi. Hal tersebut termasuk medanfenomenaldanself.

a. Self (diri)
Self pada konsep self adalah diorganisir, konsisten konseptual gestalt yang terdiri dari persepsi pada karakteristik ‘aku’ atau ‘saya’ dan persepsi pada hubungan ‘aku’ atau ‘saya’ pada yang lain dan berbagai aspek kehidupan,bersama-sama dengan nilai-nilai yang ada untuk persepsi ini´ (Rogers, 1959). Self merupakan cairan, perubahanGestalt, dan mungkin menjadi di dalam atau keluar dari kesadaran. Self merupakan pusat konstruksi dalamteoriRogers.

b. Dinamika Kepribadian
Rogers, organisme mempunyai kekuatan motivasi yang tunggal dan tujuan yang tunggal dalam hidup yaitu menjadiaktualisasi diri. Dua dari banyaknya kebutuhan yang penting adalah kebutuhan untuk penerimaan secara positif (positive regards) pada yang lain dan kebutuhan untuk penerimaan diri (self regards). Kebutuhan ini dipelajari sejak masa infansi, ketika bayi dicintai dan disayang dan menerima penerimaan secara positif dari orang lain.


c. Perkembangan Kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, dan tidak melakukan riset jangka panjang yangmempelajari hubungan anak dengan orangtuanya. Namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orangyang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom, sosial, dan secarakeseluruhan semakin aktualisasi diri. Struktur self menjadi bagian terpisah dari medan fenomenal dan semakinkompleks. Self berkembang secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap kongruen denganstruktur self.
Menurut Rogers tujuan hidup adalah mencapai aktualisasi diri, atau memiliki ciri-ciri kepribadian yang membuatkehidupan menjadi sebaik-baiknya. Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupanyang sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat berpartisipasi sepenuhnyasesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkanindividu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yanglengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.
Para psikolog yang beraliran humanistik percaya bahwa inti dari perkembangan individu adalah kekuatan dorongandari diri individu itu sendiri untuk memaksimalkan potensi diri mereka. Abraham Maslow dan Carl Rogersmenghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan pandangan humanistik secara luas, sehingga dapat diterimaoleh para pekerja yang peduli akan kesehatan mental. Konsep dan teori mereka telah menghasilkan suatu legitimasidemi kemajuan masa depan para pendidik, psikolog, dan konselor.
Maslow dan Rogers keduanya sama-sama menekankan sisi keunikan manusia sebagaimana mereka tumbuh danberkembang, para ahli kesehatan mental menyebutnya sebagai ´individual differences´.Seorang individu akan berkembang dengan sehat apabila atmosfir dan lingkungan dimana mereka tumbuh dapatmenerima dan memberikan ´positive regards´ kepada mereka. Mengacu pada teori Maslow sejumlah informasi danteknik modifikasi tingkah laku tidaklah terlalu penting, selama individu tersebut secara alami selalu bersikap baik dan melakukan hal-hal yang baik. Pertumbuhan individu memberikan nilai-nilai yang dapat membantu merekauntuk memilih dan memfilter apa yang dialami, dilihat dan pelajari, sehingga membentuk sikap dan gaya belajar yang menjadikan setiap orang unik dan berbeda.

D. TEORI KEPRIBADIAN SIFAT/TRAIT
Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan tipe (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada trait.
Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu:
• Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain, sehingga:
• Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
• Trait konsisten dari situasi ke situasi
• Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena:
• ada proses adaptif
• adanya perbedaan kekuatan, dan
• kombinasi dari trait yang ada
Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun (Feist, 2006).
Teori trait dimunculkan pertama kalinya oleh Gordon W. Allport. Selain Allport, terdapat dua orang ahli lain yang mengembangkan teori ini. Mereka adalah Raymond B. Cattell dan Hans J. Eysenck.
Allport mengenalkan istilah central trait, yaitu kumpulan kata-kata yang biasanya digunakan oleh orang untuk mendeskripsikan individu. Central trait dipercaya sebagai jendela menuju kepribadian seseorang. Menurut Allport, unit dasar dari kepribadian adalah trait yang keberadaannya bersumber pada sistem saraf. Allport percaya bahwa trait menyatukan dan mengintegrasikan perilaku seseorang dengan mengakibatkan seseorang melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan ataupun rencananya) terhadap situasi-situasi yang berbeda. Walaupun demikian, dua orang yang memiliki trait yang sama tidak selalu menampilkan tindakan yang sama. Mereka dapat mengekspresikan trait mereka dengan cara yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat masing-masing individu menjadi pribadi yang unik. Oleh sebab itu Allport percaya bahwa individu hanya dapat dipahami secara parsial jika menggunakan tes-tes yang menggunakan norma kelompok.
Sama seperti Allport, Cattell juga percaya bahwa kata-kata yang digunakan seseorang untuk menggambarkan dirinya dan orang lain adalah petunjuk penting kepada struktur kepribadian. Perbedaan mendasar antara Allport dan Cattell adalah bahwa Cattell percaya kepribadian dapat digeneralisir. Yang harus dilakukan adalah dengan mencari trait dasar atau utama dari ribuan trait yang ada.
Menurut Allport, faktor genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam menentukan perilaku manusia. Bukan hanya faktor keturunan sendiri atau faktor lingkungan sendiri yang menentukan bagaimana kepribadian terbentuk, melainkan melalui pengaruh resiprokal faktor keturunan dan lingkungan yang memunculkan karakteristik kepribadian.
Sehubungan dengan adanya peran genetik dalam pembentukan kepribadian, terdapat 4 pemahaman penting yang perlu diperhatikan:
1. Meskipun faktor genetik mempunyai peran penting terhadap perkembangan kepribadian, faktor non-genetik tetap mempunyai peranan bagi variasi
kepribadian.
2. Meskipun faktor genetik merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi lingkungan, faktor non-genetik adalah faktor yang paling bertanggungjawab
akan perbedaan lingkungan pada orang-orang
3. Pengalaman-pengalaman dalam keluarga adalah hal yang penting meskipun lingkungan keluarga berbeda bagi setiap anak sehubungan dengan jenis
kelamin anak, urutan kelahiran, atau kejadian unik dalam kehidupan keluarga pada tiap anak.
4. Meski terdapat kontribusi genetik yang kuat terhadap trait kepribadian, tidak berarti bahwa trait itu tetap atau tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe.
Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat- sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN KONSELING

A. Keterampilan Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Adapun manfaat perilaku attending yang baik yaitu dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas. Contoh perilaku attending yang baik yaitu melakukan anggukan kepala jika setuju; ekspesi wajah yang tenang, cerita, tersenyum; posisi tubuh agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan; variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan; mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Adapun contoh perilaku attending yang tidak baik, yaitu kepala kaku; muka kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot; posisi tubuh tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling; memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara; perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
B. Keterampilan Observasi
Keterampilan yang paling penting yang dihasilkan atau yang diperlakukan oleh “attending” secara pribadi adalah keterampilan mengobservasi. Mengobservasi adalah sumber dari belajar konselor tentang klien. Konselor belajar sesuatu tentang orang atau klien melalui observasi terhadapnya.
Carkhuff (1983) menyatakan bahwa yang hendaknya diobservasikan konselor adalah dimensi fisik klien, dimensi emosional klien, dan dimensi intelektual klien.
a. Mengobservasikan dimensi fisik klien
Dengan mengobservasikan dimensi fisik klien, konselor dapat mempelajari level energy kliennya. Level energy klien itu perlu atau penting diketahui karena level energy adalah jumlah usaha fisik yang dikerahkan untuk mencapai tujuan. Orang yang memiliki level energy yang tinggi dapat mengalami kesempurnaan hidup. Orang yang memiliki level energy yang rendah mempunyai kesulitan yang besar dalam memenuhi tuntutan kehidupan sehari-hari, sekalipun tuntutan kehidupan itu sangat sederhana.
b. Mengobservasikan dimensi emosional
Jika konselor ingin mengetahui perasaan klien, maka konselor harus mengobservasinya melalui perasaan klien. Level emosional akan menunjukkan perasaan klien. Level emosional yang tinggi berarti klien mempunyai perasaan “up” (mampu, positif, sehat) untuk menangani secara efektif tugas-tugas yang dihadapinya. Level emosional yang rendah berarti “perasaan turun” (negative, sedih, susah) dan unjuk kerja yang kurang terhadap tugas-tugas yang ada. Konselor dapat mengobservasi level emosional klien dalam tiga bidang yaitu : postur tubuh, tingkah laku (behavior), ekspresi wajah.
c. Mengobservasikan dimensi intelek
Level intelek yang tinggi menunjukkan klien siap melakukan tugas, sedangkan sebaliknya tidak. Seperti halnya dalam mengobservasi dimensi emosional, konselor dapat mengobservasikan level intelektual melalui tiga bidang yaitu : postur tubuh, tingkah laku, ekspresi wajah.
C. Keterampilan Mendegarkan
Ekspresi verbal adalah sumber input yang paling sering digunakan dalam proses konseling. Apa-apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya adalah merupakan tentang cara klien melihat dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.
Jika konselor memperhatikan klien secar penuh dan tak terbagi, maka konseor akan siap untuk mendengarkan ekspresi verbal klien. Semakin konselor memperhatikan tanda-tanda seksternal yang dikemukakan oleh klien, konselor makin dapat mendengarkan kunci-kunci internal yang mengembangkan ekspresi dari dalam. Menurut Carkhuff (1983) ada sedikitnya enam cara untuk mengembangkan keterampilan mendengarkan yaitu : memiliki alasan mengapa onselor mendengarkan, menunda penilaian konselor, memusatkan pada klien, memusatkan pada konten, mengingat apa yang diekspresikan klien, mendengarkan tema-tema yang diucapkan klien.
D. Keterampilan Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu:
1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. Contoh ungkapan empati primer : “Saya mengerti keinginan Anda”, “Saya dapat memahami pikiran Anda”, “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”.
2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien krena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutsertaan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi: “Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu.”
Dalam dunia konseling, pada dasarnya seorang konselor bekerja atas dasar dan melalui proses empati. Pada proses konseling, baik konselor maupun klien dibawa keluar dari dalam dirinya dan bergabung dalam kesatuan psikis yang sama sehingga emosi dan keinginan keduanya menjadi bagian dari kesatuan psikis yang baru.
E. Keterampilan Refleksi Perasaan
Refleksi adalah teknik untuk menentukan kembali kepada Klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
1. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda katakan adalah…. “
2. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda katakan….”
3. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman Klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal Klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda katakan suatu…..”
F. Keterampilan Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman Klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak Klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memugkinkan Klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
1. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan Klien yang tersimpan. Contoh : “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan…….”
2. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat Klien. Contoh : “Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang seKonselorlah sambil bekerja”.
3. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman Klien. Contoh : “Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”.
G. Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
Menangkap pesan (paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapkan Klien dengan teliti mendengarkan pesan utama Klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons Klien terhadap Konselor.
Tujuan paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada Klien bahwa Konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan Klien; (2) mengendapkan apa yang dikemukakan Klien dalam bentuk ringkasan; (3) memberi arah wawancara Konselornseling; dan (4) pengecekan kembali persepsi Konselor tentang apa yang dikemukakan Klien.
Contoh dialog :
Klien : “Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian?”
Konselor: “ Tampaknya Anda masih ragu “
Contoh lain :
Klien : “Semuanya membosankan. Tidak ada sesuatu yang baru, tidak ada yang menyenangkan. Semua teman-teman saya pergi meninggalkan saya. Andaikan saya mempunyai uang, saya dapat berbuat banyak hal.
Konselor : “Tanpa mempunyai uang dan teman, tidak ada satupun yang dapat Anda kerjakan sekarang ini.”
H. Keterampilan Pertanyaan Terbuka (Opened Question) dan Pertanyaan tertutup (Closed Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing Klien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakann kata tanya mengapa tau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan Klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya . oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : “Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?”
Dalam Konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata ya atau tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan Klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Contoh dialog :
Klien : “Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor : “Biasanya Anda menempati peringkat berapa?”
Klien : “Empat”
Konselor : “Sekarang berapa?“
Klien : “Sebelas“
Contoh lain :
Konselor : “Anda merasa dikecewakan oleh anak Anda?”
Klien : “Ya”
Konselor : “Apakah hal itu membuat Anda marah?”
Klien : “Ya”
Konselor : “Anda benci padanya?”
Klien : “Tidak juga”
Konselor : “Oh,,,saya kira Anda membenci anak sendiri”
KLien : “tidak”

I. Keterampilan Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh.., ya.., lalu.., terus…, dan…,
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
Contoh dialog :
Klien : “Saya putus asa… dan saya nyaris….. “(Klien menghentikan pembicaraan)
Konselor : “Ya…”
Klien “Nekad bunuh diri”
Konselor : “Lalu…
J. Keterampilan Interpretasi
Interpretasi yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien : “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya”.
Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
K. Keterampilan Mengarahkan (Directing)
Mengarahkan yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Contoh dialog :
Klien : “Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tidak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor : “Bisakah Anda mencobakan didepan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”

L. Keterampilan Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Summarizing yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk: (1) memberikan kesempatan kepada Klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling.
Contoh :
“Setelah kita berdiskusi beberapa waktu, alangkah baiknya jika kita simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi-materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan dihadapi yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.”
M. Keterampilan Memimpin (Leading)
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan. Keterampilan memimpin bertujuan agar Klien tidak menyimpang dari fokus pembicaraan dan juga agar arah pembicaraan lurus kepada tujuan Konseling.
Contoh:
Klien: “Saya mungkin berpikir juga tentang masalah hubungan dengan pacar. Tapi bagaimana ya…?”
Konselor: “Sampai saat ini kepedulian Saudara tertuju kepada kuliah sambil bekerja. Mungkin Anda tinggal merinci kepedulian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk dalam kerangka kepedulian Anda juga? ”
N. Keterampilan Fokus
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus membantu klien untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Ada beberapa fokus yang dapat dilakukan seorang Konselor yaitu:
1. Fokus pada diri klien
Contoh,
Konselor: “Tanti, Anda tidak yakin apa yang akan Anda lakukan.”
Konselor: “Tampaknya Anda berjuang sendiri.”
2. Fokus pada orang lain
Contoh,
Konselor: “Roni telah membuat kamu menderita. Terangkanlah tentang dia, dan apa yang telah dilakukannya.”
3. Fokus pada topik
Contoh,
Konselor: “Pengguguran kandungan? Kamu memikirkan aborsi? Sebaiknya pikirkan masak-masak dengan berbagai pertimbangan.”
4. Fokus mengenai budaya
Contoh,
Konselor: “Mungkin budaya menyerah dan mengalah terhadap laki-laki harus diatasi sendiri oleh kaum wanita. Wanita tidak boleh menjadi objek laki-laki.”
Secara umum, dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu klien untuk menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapinya adalah “X”. misalnya mungkin banyak masalah yang berkembang dalam diskusi dengan klien, akan tetapi konselor harus membantu klien agar dia menentukan fokus pada permasalahannya.
Konselor: “Apakah tidak baik jika pokok pembicaraan kita berkisar saja dulu soal hubungan Anda yang retak dengan pacar Anda?”
O. Keterampilan Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan sebagainya. Adapun tujuan teknik ini adalah untuk:
1. Mendorong Klien mengadakan penelitian diri secara jujur.
2. Meningkatkan potensi Klien.
3. Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
Namun seorang Konselor harus melakukan dengan teliti yaitu dengan:
1. Memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara tepat waktu.
2. Tidak menilai apalagi menyalahkan
3. Dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati
Contoh dialog:
Klien: “Oh…, saya baik-baik saja.” (suara rendah, wajah tidak cerah, posisi tubuh gelisah)
Konselor: “Anda katakan baik-baik saja tapi kelihatannya ada sesuatu yang tidak beres.”, Atau;
Konselor: “Saya lihat ada perbedaan antara ucapan Anda dengan kenyataan diri”.
Contoh-contoh materi yang secara umum diberikan konfrontasi dalam proses konseling adalah:
a. Kontradiksi antara isi pernyataan dan cara mengatakan.
Konselor: ”Bagaimana khabar Anda hari ini?”
Klien : Oh..(suara datar) dalam keadaan baik-baik saja” (suara rendah, sikap dan posisi tubuh tampak gelisah)
Konselor: ”Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi suara dan sikap Anda nampak menunjukkan kegelisahan?”
b. Tidak konsisten antara apa yang diinginkan dan apa yang dilakukan oleh klien.
c. Tidak konsisten antara apa yang dikatakan klien dengan reaksi yang diharapkan oleh konselor.
P. Keterampilan Menjernihkan (Clarifying)
Menjernihkan adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak maragukan. Tujuannya adalah mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis dan agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
Contoh :
Klien: “Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung dan Konselornflik. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rumah itu.”
Konselor: “Bisakah Anda menjelaskan persoalan pokoknya? Misalnya peran ayah, ibu atau Saudara-Saudara Anda”.

Q. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
Konselor: “Saya yakin Anda akan berbicara padanya, karena saya akan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.”
R. Keterampilan saat Diam
Banyak orang bertanya tentang kedudukan diam dalam kerangka proses konseling. Apakah diam itu teknik konseling? Sebenarnya diam adalah amat penting dengan cara attending. Diam bukan berarti tidak ada komunikasi akan tetapi tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal. Akan tetapi jika konselor menunggu klien yang sedang berpikir mungkin diamnya bisa lebih dari 5 detik. Hal ini tergantung feeling konselor.
Tujuan diam adalah: (1) menanti klien sedang berpikir (2) sebagai protes jika klien ngomong berbelit-belit (3) menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
Contoh:
Klien: “Saya tidak senang dengan perilaku guru itu…dan saya…” (berpikir)
Konselor: “……….” (diam)
Klien: “Saya…harus bagaimana…saya tidak tahu…”
Konselor: “……….” (diam).
S. Keterampilan Mengambil inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan teknik ini adalah:
1. Mengambil inisiatif jika Klien kurang bersemangat.
2. Jika Klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan.
3. Jika Klien kehilangan arah pembicaraan.
Contoh,
Konselor: “Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar. Coba Anda renungkan lagi ”
T. Keterampilan Memberi nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, Konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemadirian klien, harus tercapai.
Contoh responden konselor terhadap permintaan Klien;
Konselor: “Apakah hal seperti ini pantas saya untuk memberi nasehat Saudara? Sebab, dalam hal seperti ini saya yakin Anda lebih berpengalaman daripada saya.”
Atau dapat pula dikatakan seperti ini:
Konselor: “Sebelum saya memberi nasehat, saya pikir dalam hal ini Saudara lebih banyak mempunyai informasi dibanding saya”.

U. Pemberian informasi
Dalam hal informasi yang diminta klien sama halnya dengan pemberian nasehat. Jika Konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi, jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar Klien tetap mengusahakannya. Misalnya klien menanyakan persyaratan untuk memasuki sekolah penerbang. Karena konselor kurang menguasai informasi itu, sebaiknya klien langsung saja mencari informasi tersebut ke sumbernya seperti Direktorat Penerbangan atau sekolah penerbangan.
Contoh respon konselor adalah
Konselor: “Mengenai informasi sekolah penerbangan saya sama sekali tidak menguasainya. Karena itu saya sarankan Anda langsung saja ke Direktrorat Penerbangan atau sekolah penerbangan yang bersangkutan”
V. Keterampilan Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling seorang konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu rencana yang baik adalah kerjasama konselor dengan Klien.
Secara teknis konselor mungkin berkata pada klien seperti
Konselor: “Nah Saudara, apakah tidak lebih baik jika Anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman hasil pembicaraan kita sejak tadi.”
W. Keterampilan Menyimpulkan
Pada akhi sesi konseling, konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut:
1. Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan.
2. Memantapkan rencana klien.
3. Pokok-pokok yang akan dibicarakan pada sesi berikut. Misalnya konselor berkata kepada klien “Apakah sudah dapat kita buat kesimpulan akhir?”
Proses konseling terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1. Tahapan awal atau tahap mendefinisikan masalah
2. Tahap pertengahan atau disebut juga tahap kerja
3. Tahap akhir atau tahap perubahan dan tindakan (action).
Walaupun setiap tahapan konseling mempunyai teknik-teknik seperti yang dikemukakan di atas, tidak berarti aturannya seperti itu. Artinya seorang konselor dengan kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervariasi dan berganda (multi technique). Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda kepribadian (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon lisan dan bahasa badan sebagainya.
Pengertian teknik bervariasi dan berganda adalah: (1) bisa saja teknik di Tahap Awal digunakan di tahap pertengahan dan akhir. Sebagai contoh attending, empati, bertanya, dorongan minimal, bisa dipakai pada semua tahapan konseling; (2) respon konselor mungkin meliputi satu, dua atau lebih teknik konseling (multi technique).
Contoh 1
Konselor: “Bolehkah saya mendengarkan lebih rinci perasaan malas yang Saudara katakan tadi?” (bertanya terbuka, eksplorasi perasaan).
Contoh 2
Konselor: “Ya,…lalu…, mmh…, apa perasaan Saudara saat itu?” (dorongan minimal, bertanya eksplorasi perasaan.)
Contoh 3
Konselor: “Saya lihat Anda begitu gugup, dan saya memahami kecemasan Anda. Sebaiknya Anda jelaskan pengalaman Anda dengan orang tersebut.” (refleksi perasaan, empati primer, eksplorasi pengalaman).
Dari respon Konselor dalam contoh 1, 2, dan 3, masih dapat dimasukkan teknik attending dan empati (primer dan advance), sehingga akan manjadi lebih dari tiga teknik sekali respon (multi technique).
Contoh wawancara konseling eksplorasi tahap I
Dalam contoh wawancara eksplorasi masalah tahap I ini digunakan berbagai keterampilan dasar pendukung diantaranya keterampilan merespon, keterampilan merespon isi, keterampilan merespon perasaan dan keterampilan merespon arti.
Dalam respon 1-3, konselor menampilkan keterampilan mengajak kilen terbuka, respon isi (sebab akibat), dan merespon arti.
1. Konselor : “baik. Ceritakan pada saya apa yang menyusahkan anda”.
KIlen : “akhir-akhir ini saya tidak bisa belajar dengan baik. Berbagai hal mengganggu pikiran saya”.
2. Konselor : “anda tidak bisa belajar dengan baik karena pikiran anda terganggu. Coba ceritakan lebih lanjut tentang hal-hal yang menganggu pikiran anda itu”.
Klien : “orangtua saya terlalu membatasi kebebasan saya. Saya terlambat pulang sekolah seperempat jam saja sudah dimarahi. Mau belajar di rumah teman tidak boleh, apalagi pacaran. Saya masih dianggap sebagai anak kecil saja. Jika terus-menerus begini mana mungkin saya bisa lulus UMPTN yang tinggal lima bulan lagi”.
3. Konselor : “anda merasa jengkel karena ibu anda terlalu banyak mencampuri urusan, kemudian kejengkelan anda itu berpengaruh terhadap kelancaran belajar anda, dan akhirnya anda takut akan tidak lulus UMPTN”.
Klien : “benar bu, bagaimana tidak jengkel jika diperlakukan sebagai anak kecil. Saya kan sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi tamat. Banyak yang sebenarnya harus saya urus sendiri untuk memenuhi kebutuhan saya….”.
Dalam respon 4-8 konselor melakukan keterampilan dorongan minimal, keterampilan paraphrase, keterampilan merespon perasaan, respon isi dan respon arti.
4. Konselor : “Ya, teruskan!”
Klien : “kalau ada PR atau soal yang tidak bisa saya kerjakan mestinya kan harus saya tanyakan pada teman atau guru, dan untuk itu perlu waktu diluar jam sekolah. Dan orangtua saya melarang saya berpacaran. Alasannya kalau saya pacaran pelajaran saya bisa berantakan seperti yang dialami kakak saya. Tetapi mengapa banyak teman-teman saya yang berpacaran kok malah prestasinya tambah meningkat”.
5. Konselor : “tidak enak diperlakukan sebagai anak kecil, dan anda ingin diperlakukan sebagai orang yang lebih dewasa”.
Klien : “benar. Walaupun saya sendiri sering ragu-ragu apakah saya bisa menggunakan kesempatan dengan baik jika saya diberi kebebasan seperti orang yang sudah dewasa”.
6. Konselor : “anda merasa ragu-ragu dengan kemampuan diri anda sendiri”.
Klien : “ya, saya masih harus belajar banyak untuk mengatur diri sendiri dan mengembangkan berbagai kemampuan diri, serta saya masih harus belajar untuk memperoleh pengalaman menghadapi dunia ini termaksud bergaul dengan teman pria. Mestinya orangtua saya memahami hal ini”.
7. Konselor : “ anda ingin mengembangkan diri dan memperoleh pengalaman sebanyak mungkin tapi terhambat oleh sikap orang tua anda”.
Klien : “tetap sekali, andaikan orangtua saya memberi sedikit saja kebebasan, insya Allah saya akan gunakan kesempatan itu untuk mengembagkan diri dan mencari pengalaman yang berguna untuk dapat mandiri kelak”.
8. Konselor : ”anda merasa kecewa karena orangtua anda tidak memberi kesempatan sedikitpun untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi anda”.