Senin, 02 Mei 2011

TEORI kEPRIBADIAN

A. TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS
1. Tokoh dan Teori Dasar Psikoanalisis
Teori ini di kembangkan oleh Sigmund Freud. Dia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Kota Morivia dan meninggal dunia pada tanggal 23 September 1939, di London. Dia lahir dari keluarga kelas menengah Yahudi. Ayahnya, Jacob Freud bekerja sebagai seorang pedagang wol yang kurang sukses.
Pada tahun 1873, freud masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dab pada tahun 1881 dia lulus sebagai dokter dengan yudisium “excellent”. Freud adalah seorang ahli neurologi, dia mulai berpraktek medis di Wina sampai akhir abad 19. Seperti halnya para ahli neurologi lainnya pada masa itu, dia sering membantu orang-orang yang mengalami masalah-masalah nervous, seperti rasa takut yang irrasional, Obsesi, dan rasa cemas. Dalam membantu penyembuhan masalah-masalah gangguan mental tersebut, dia mengembangkan prosedur yang inovatif yang dinamai psikoanalisis.
Psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien, untuk menggali kehidupan pribadinya yang paling dalam. Pengalamannya menangani para pasien banyak memberikan inspirasi kepada Freud untuk menyusun teori kepribadiannya. Pengembangan teori itu, didukung juga oleh penelahaan terhadap konflik-konflik dan kecemasan-kecemasan yang dialaminya sendiri.
Teori Freud memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal-hal berikut.
1. Pendapat Freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran amat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Pendapat ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
2. Pendapat Freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa manusia dipandang tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3. Pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukkan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu determinisme psikis dan motivasi tak sadar.
a. Determinisme Psikis (Psychic Determinism)
Asumsi ini mengemukakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud dan itu semuanya secara alami sudah ditentukan.
b. Motivasi tak sadar (Unconscious Motivation)
Freud meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, betfikir, dan merasa) ditentukan oleh motif tak sadar.

2. Struktur Kepribadian
a. Id (Das Es), Aspek Biologis Kepribadian
Id merupakan komponen kepribadian yang primitive, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energy psikis, maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink kehidupan (eros) atau dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, bersetubuh, dsb) dan instink kematian/instink agresif (tanatos) yang menggerakkan tingkah laku.
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui reflex dan proses primer (the primary process). Refleks merupakan reaksi-reaksi mekanisme/otomatis yang bersifat bawaan (bukan hasil belajar), seperti bersin dan berkedip. Proses primer merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktifitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. contoh yang terbaik tentang proses primer ini adalah mimpi (dream).
b. Ego (Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau menejer dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya atau sebagai system kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas (reality principle). Peranan utama Ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani antara id (keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar (external social world) yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas (reality principle) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id.
Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus memahami kekuatan kuda. Dalam rangka menghindar dari masalah, ego harus berusaha menjinakkan dorongan-dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasar pada “secondary process thingking”. Proses sekunder adalah berfikir realistic yang bersifat rasional, realistic dan berorientasi pada pemecahan masalah.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego ini adalah bahwa (1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energy atau daya ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar, (4) ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.
c. Super Ego (Das Uber Ich), Aspek Sosiologis Kepribadian
Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait sdengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup, terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk. Individu menginternalisasi berbagai norma sosial tersebut. dalam arti, individu menerima norma-norma sosial atau prinsip-prinsip moral tertentu, kemudian menuntut individu yang bersangkutan untuk hidup sesuai dengan norma tersebut.
Superego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah (rewards) dan menghindari hukuman (punishment) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya.
Superego berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistic dengan tujuan-tujuan moralistic, dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection).

B. TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISTIK
A. Pendahuluan
Behavioristik merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior). Teori ini telah berkembang sejak 1913, yaitu ketika John B. Watson mempublikasikan artikel yang cukup berpengaruh.
Para ahli behavioristik kurang memiliki perhatian terhadap struktur kepribadian internal, seperti id, ego dan superegonya Freud, karena struktur seperti ini tidak dapat diobservasi. Mereka lebih memeprhatiakn kecenderungan-kecenderungan respon yang dapat diamati. Mereka memandang kepribadian individu sebagai “koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan berbagai situasi rangsangan yang beragam”.
Sebagian behavioris, seperti Dollar & Miller (1950) menyetujui pendapat Freud tentang pentingnya pengalaman masa kecil. Mereka berpendapat bahwa kepribadian dibentuk melalui proses evolusi yang berkesinambungan. Namun mereka kurang memperhatikan tahapan perkembangan.

B. Uraian Materi
1. Pembiasaan Klasikal: Pavlov
Pembiasaan klasikal (classical conditioning) merupakan tipe belajar yang menekankan stimulus netral memerlukan kapasitas untuk merangsang respon yang secara orsinil terangsang oleh stimulus yang lain. Proses ini dinamakan juga respondent conditioning yang pertama kali diperkenalkan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1903.
Pavlov adalah ahli fisiologi ternama Rusia yang mendapatkan penghargaan Nobel (dalam penelitian tentang pencernaan). Dia seorang ilmuwan yang penuh dedikasi, yang terobsesi dengan penelitiannya. Dia telah meneliti tentang proses pencernaan anjing, ketika dia telah mengetahui bahwa anjing dapat dilatih untuk mengeluarkan air liur untuk merespon bunyi bell. Sebagian stimulus netral, bunyi bell memang tidak menghasilkan respon air liur anjing. Untuk mengubah agar bunyi bell itu dapat menghasilkan respon, maka Pavlov menyertakan (memasang) bell dengan bubuk daging (stimulus yang melahirkan respon keluarnya air liur).
Dalam uji coba Pavlov, keterkaitan antara bubuk daging dengan air liur merupakan hubungan yang alami (natural) yang tidak diciptakan melalui “conditioning”. Bubuk daging ini merupakan stimulus tak bersyarat (unconditioned stimulus: USC), sementara keluarnya air liur merupakan respon tak bersyarat (unconditioned response: UCR).
Hubungan antara bell dengan air liur terjadi melalui “conditioning”, sehingga bell menjadi “conditioned stimulus” (CS), yaitu stimulus netral yang memiliki kapasitas untuk membangkitkan “conditioned response” melalui “conditioning”. Sementara “conditioned response” (CR) merupakan reaksi yang dipelajari terhadap CS yang terjadi, karena didahului dengan “conditioning”. Dalam percobaan Pavlov, air liur anjing merupakan UCR ketika terangsang oleh UCS (bubuk daging), dan CR (air liur) keluar karena terangsang oleh CS (bell).
Apakah peran “classical conditioning” dalam membentuk kepribadian? Peranannya adalah memberikan kontribusi terhadap pembentukan respon-respon emosional, seperti rasa takut, cemas atau phobia.
2. Pengkondisian Operan: Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir tahun 1904 di Susquehanna Pennsylvania dan meninggal dunia pada tahun 1990. Skinner adalah salah seorang ahli psikologi Amerika yang banyak menghabiskan waktunya bekerja di Universitas Harvard. Dia masuk Universitas Harvard pada tahun 1928 dan memperoleh gelar Ph. D. dalam bidang psikologi pada tahun 1931. Selama 5 tahun dia menghabiskan waktunya di laboratorium W.J. Crozier, seorang biolog eksperimental. Pilihannya terhadap pendekatan behaviorisme mengarahkannya untuk menolak kekuatan-kekuatan mental dan emosional.
a. Tipe Tingkah Laku
Skinner membagi tingkah laku kedalam dua tipe yaitu responden dan operan. Tingkah laku responden (respondent behavior) adalah respon atau tingkah laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya adalah reflex. Contohnya : mata listrik. Berkedip dan menarik tangan adalah respon (reflex), sedangkan debu dan sengatan strum adalah stimulus.
Tingkah laku Operan (operant behavior) adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan (sukarela) tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung. Tingkah laku ini ditentukan atau dimodifikasi oleh reinforcement yang mengikutinya.
b. Pengkondisian Tingkah Laku Operan (Operant Conditioning)
Teori yang dikembangkan Skinner terkenal dengan “Operant Conditioning”. Yaitu bentuk belajar yang menekankan respon-respon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol oleh konsekuen-konsekuennya. Proses “operan conditioning” dijelaskan oleh Skinner melalui eksperimennya terhadap tikus, yang terkenal dengan “Skinner box”.
Ketika tikus yang dimasukkan di dalam peti (box) tidak diberi makan untuk berapa waktu lamanya (tikus menjadi lapar), dia bertingkah laku secara spontan dan acak, dia aktif, mendengus, mendorong, dan mengeksplorasi lingkungannya. Tingkah laku ini bersifat sukarela (emitted) tidak dirangsang (elicited), dalam arti respon tikus itu tidak dirangsang oleh stimulus tertentu dari lingkungannya.
Setelah beberapa lama beraktivitas, tikus secara kebetulan menekan pengungkit yang terletak pada salah satu sisi peti, yang menyebabkan makanan jatuh kedalam kotak. Makanan tersebut menjadi reinforce (penguat) bagi tingkah laku (respon) menekan pengungkit. Tikus mulai menekan pengungkit dalam frekuensi yang lebih sering. Mengapa? Karena tikus lebih banyak menerima makanan.
Berdasarkan eksperimennya, Skinner berkesimpulan bahwa “operant conditioning” lebih banyak membentuk tingkah laku manusia daripada “classical conditioning”, karena kebanyakan respon-respon manusia lebih bersifat disengaja daripada yang reflektif.
c. Kekuatan Reinforcement
Menurut Skinner “reinforcement” dapat terjadi dalam dua cara : positif dan negative. Yang positif terjadi ketika respon diperkuat (muncul lebih sering) sebab diikuti oleh kehadiran stimulus yang menyenangkan. “Reinforcement” positif ini sinonim dengan “reward” (penghargaan).
Sementara reinforcement negative terjadi ketika respon diperkuat (sering dilakukan), karena diikuti oleh stimulus yang tidak menyenangkan. Reinforcement ini memainkan peranan dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan untuk menolak (menghindar). Pada umumnya orang cenderung menghindar dari situasi yang kaku, atau masalah pribadi yang sulit.
d. Ekstingsi dan Hukuman (Extinction & Punishment)
Seperti dampak dari “classical conditioning”, dampak dari “operant conditioning” pun tidak berlangsung lama (bersifat lemah dan bisa lenyap). Terjadinya ekstingsi dimulai ketika respon-respon yang diperkuat mengakhiri dampak yang positif. Seperti anak yang suka melucu akan menghentikan melucunya, apabila dia tidak lagi mendapatkan apresiasi atau penghargaan dari teman-temannya.
Beberapa respon mungkin dapat diperlemah dengan hukuman. Menurut Skinner hukuman ini terjadi ketika repon diperlemah (menurun frekuensinya dan bahkan menghilang), karena diikuti oleh kehadiran stimulus yang tidak menyenangkan.
C. TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
Aliran humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.
Menurut aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.
Aliran humanistik ini mempunyai pertalian yang erat dengan aliran eksistensialisme. nyatanya, banyak Psikolog-psikolog Humanistik berorientasi eksistensialisme. Psikologi Humanistik dan Eksistensialisme mementingkan keunikan-keunikan pada seorang individu, usahanya mencari nilai-nilai, dan kebebasannya untuk memuaskan diri. Aliran eksistensialisme menekankan beberapa tema dasar yang diantaranya tema menghendaki arti, kecemasan eksistensial, dan menemukan ketidakadaan (kehampaan) adalah yang paling tepat.
Tema-tema ini dapat dilihat pada paparan dari Viktor Frankl merupakan salah seorang psikiater yang berorientasi eksistensialisme yang sangat menonjol. Viktor Frankl mendirikan aliran Psikoterapi-Logoterapi dari pengalaman pahit dan lama dalam kamp konsentrasi Nazi yang kejam. “Logoterapi” berasal dari perkataan Yunani logos yang berarti “arti/ makna” atau “spirit”. Maka logoterapi berfokus pada arti eksistensi manusia dan usahanya mencari arti itu.
Untuk menstimulasi pencarian arti dalam diri pasien-pasiennya, frankl bertanya kepada mereka yang putus asa: “…….karena kamu hidup begitu menderita kenapa kamu tidak bunuh diri?” dari jawaban-jawaban mereka, misalnya karena cinta kepada anak, ibu atau kekasih, karena pengabdian kepada tugas atau partai, Dr. Frankl bisa memunculkan dan menggabungkan semua tenaga-tenaga pendorong yang memberi arti kepada kehidupan psikik dan spiritual mereka.
Motto logoterapi adalah pernyataan Nietzche yang terkenal: “Ia yang mempunyai sebab untuk hidup dapat menanggungkan hampir segala-galanya”. Baginya, sebab pokok ledakan gangguan-gangguan emosional adalah rasa frustasi dari kehendak manusia akan “arti Jadi, kehendak akan “arti’ adalah watak dasar manusia. Frustasi terhadap kehendak itu membawa kepada kekosongan dan eksistensial, kepada pertemuan dan ketidakadaan; dengan yang tidak hidup. Frustasi ini terutama sekali berujud kebosanan dan “kecemasan eksistensial” yang mungkin sekali bisa membawa kepada apa yang disebut oleh Frankl sebagai “noogenic neurosis”. Noogenic neurosis adalah suatu neurosis yang timbul akibat konflik moral dan spiritual antara berbagai nilai-nilai, bukan sebagai akibat konflik antara dorongan-dorongan.
Ada dua kutipan pendek dari pandangan eksistensialisme dalam menyangkal psikoanalisis dan behavior :
- Pencarian arti (makna) bagi manusia adalah merupakan suatu kekuatan primer dan bukan “rasionalisasi sekunder” dari dorongan-dorongan instink.
- Arti (makna) itu unik dan khusus hingga harus dan hanya dapat dipenuhi oleh manusia itu sendiri; barulah tercapai kepuasan kehendaknya akan arti (makna).
Ada beberapa penulis yang mengatakan bahwa arti dan nilai tidak lain hanyalah mekanisme pertahanan, reaksi-reaksi formasi dan sublimasi-sublimasi. Tapi bagi eksistensialisme manusia tidak hidup semata-mata demi “mekanisme pertahanan” dan juga tidak rela mati demi sebuah “reaksi formasi”. Tapi manusia sanggup hidup maupun mati demi ideal-ideal dan nilai-nilainya.

TEORI ABRAHAM H. MASLOW
Abraham H. Maslow (1908-1970)Abraham H. Maslow lahir dan besar di Brooklyn, dimana orangtuanya tinggal setelah beremigrasi dari Russia. Pada awalnya keluarga Maslow sangat miskin tetapi secara pesat meningkat pada lingkungan ³kelas menengah´, karenaayah Maslow yang seorang pengusaha pada akhirnya dapat menjadi sukses. Maslow tidak terlalu dekat denganibunya, sedangkan dia menganggap ayahnya adalah orang baik, tetapi tidak memahami minat intelektualnya. BerthaGoodman (sepupu Maslow) adalah figur yang mempengaruhi masa kecil Maslow.Pada umur 16 tahun, Maslow sadar bahwa dia mencintai Bertha, dan menikahinya pada tahun 1928. Dia mempunyaianak (Ann dan Ellen), dan Maslow berkata bahwa kelahiran anak pertamanya telah merubah kehidupannya. Ketikapertama kali sampai di Wiconsin dia sangat antusias terhadap Watson dan teorinya tentang ³behavior´. Setelahpenelitiannya dengan ³monyet´, Maslow melakukan studi paralel tentang manusia, dengan menemukan banyak kesamaan (Maslow 1968). Pada suatu saat di tahun 1941, setelah Pearl Harbor diserang oleh Jepang, Maslowmengatakan bahwa ia menyerah telah mengambil jalan yang egois. Dia mempunyai visi yang lain tentang manusiadan sekitarnya. Maslow sangat tertarik pada teori Freud dan Gestalt dengan konsep organisme dilihat dari pertumbuhannya, tetapiwalaupun begitu, studinya tentang filsafat meyakinkannya bahwa kesejahteraan seorang manusia tidak akanditemukan dalam konsep behaviorisme ataupun psikoanalisis.
Manusia Pada Dasarnya Baik Pertama, menurut Maslow, manusia mempunyai suatu struktur psikologis yang penting yang ada pada struktur fisik mereka : mereka mempunyai ³kebutuhan, kapasitas, dan kecenderungannya berdasarkan genetik.´ Sebagiankarakteristik ini adalah tipikal pada semua manusia; dan sebagian ada yang "unik pada individual.´ Kebutuhan ini,kapasitas, dan kecenderungan yang sangat utama baik atau sedikitnya netral, mereka bukanlah sifat yang jahat.Dugaan ini pada salah satu novel Maslow, para penulis telah mengira bahwa kebutuhan manusia atau kecenderungannya jelek atau antisosial dan harus diatasi melalui latihan dan sosialisasi (ahli agama mengemukakansebagai dosa; konsep Freud tentang Id). Kedua, kesehatan dan perkembangan yang diinginkan termasuk aktualisasi karakteristik ini atau potensi-potensiorang yang berfungsi sepenuhnya. Kematangan orang ³sepanjang garis bahwa ini tersembunyi, rahasia, secarasamar-samar melihat sifat penting, tumbuh dari dalam dibandingkan menjadi pembentukan dari luar´ (Maslow,1954). Ketiga, menurut Maslow, psikopatologi berasal dari frustrasi, pengingkaran, atau guncangan sifat alami manusia. Hal ini berarti bahwa psikoterapi atau terapi yang dilakukan adalah mengarah pada aktualisasi diri danpengembangan pribadi individu atau ´inner nature´(Maslow1954)
Motivasi:HirarkiKebutuhan
GambarHirarkiKebutuhandariMaslow
Harga Diri Kebutuhan Psikologis (Dicintai, Diterima, Memiliki) Rasa Aman Kebutuhan
a. Fisiologis Aktualisasi Diri
Maslow memformulasikan sebuah teori dari motivasi manusia dalam berbagai kebutuhan manusia yang dilihatseperti muncul dalam hirarki pertunjukkan. Kebutuhan dasar manusia, berupa makan dan minum harus dipenuhiterlebih dahulu dari kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan akan harga diri dan lainnya. Kebutuhan FisiologisSebagian kebutuhan fisiologis adalah homeostatik dalam alami (mencoba untuk memelihara yang seimbang antaraelemen yang berbeda). Sebagai contoh, melalui asupan makanan dan air, tubuh mencoba untuk memelihara berbagaimacam keseimbangan dalam darah dan jaringan tubuh seperti isi dari garam, gula, protein, dan substansi yang lain. Kebutuhan Rasa AmanKebutuhan berikut adalah kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan untuk keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, order,hukum, batas-batas, bebas dari ketakutan dan kecemasan, dan seterusnya. Ekspresi manusia pada kebutuhan iniadalah nampak lebih jelas dalam respon-respon : menangis, menjerit, dan hentakan yang sangat tegang untuk ditangani secara kasar, yang terkejut oleh suara gaduh atau lampu yang terang, atau hanya dengan kekurangan yangdidukung oleh orangtua. Seperti kelaparan, kesakitan dari penyakit, dari kemarahan orangtua dan perselisihan, ataudari kelalaian atau yang disalahgunakan, mungkin merubah pandangan anak-anak secara keseluruhan pada dunia.Dunia mungkin menjadi tempat teror dan kegelapan.

b. Kebutuhan Dicintai dan Mencintai
Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada manusia cukup baik, mereka akan bekerja keras dengan intensitasyang tinggi untuk meningkatkan hubungan secara afeksi dengan orang lain, yaitu keluarga, teman, pasangan jiwa,kekasih, anak-anak. Maslow mengemukakan bahwa kita mempunyai ³kecenderungan seperti binatang untuk berkumpul, bergerombol, bergabung, untuk menjadi anggota´ (1970) yang telah frustrasi ³oleh kebijakan mobilitaskita, gangguan pada kelompok tradisional, menyebar pada keluarga-keluarga, kelompok generasi, orang urban yangmenetap dan penghilangan dari desa yang menghadapi dan kesimpulan yang dangkal dari persahabatan di Amerika´. Kebutuhan Rasa Harga DiriKebutuhan rasa harga diri ada dua set. Set pertama meliputi kebutuhan untuk kuat, penguasaan, kompetensi, percayadiri, dan mandiri. Set yang kedua meliputi kebutuhan untuk gengsi, dalam merasakan hormat dari orang lain; status;ketenaran; dominan; orang penting; bermartabat; dan penghargaan.
Kebutuhan Aktualisasi DiriKetika keempat kebutuhan dasar, atau kekurangan, kebutuhan kita untuk mendiskusikan yang telah terpenuhi.Konsep aktualisasi diri dari Maslow benar-benar mempunyai relativitas. Diantaranya adalah konsep Jung padaarketipe diri, konsep Adler kekuatan kreatif dari diri, konsep Horney realisasi diri, dugaan Roger pada evolusi dantumbuhnya diri.MetaneedsKebutuhan akan aktualisasi diri adalah merupakan payung dari segala kebutuhan, ada 17 metaneeds atau nilai-nilai.Metaneeds tersebut sangat fokus terhadap pengetahuan dan pemahaman. Beberapa metaneeds ini sangat penting,yang menjadi kebutuhan dasar; sebagai contoh, kebutuhan akan kebenaran, keadilan dan kebermaknaan ataukebutuhan akan estetika, sebagai contoh; keindahan, kesederhanaan, kesempurnaan. Bagaimana Kepribadian dapat Teroganisir?Bagi Maslow, unit kepribadian yang mendasar adalah sindrom kepribadian. Sindrom kepribadian adalah sesuatuyang terorganisir, saling ketergantungan, gejala-gejala struktur kelompok. Dalam studinya pada dua sindrom, yaitu;harga diri dan rasa aman, Maslow menyebutnya ´holistic-analytic methodology´.Analisis Maslow tentang rasa aman dan sindrom kepribadian, dia membuat menjadi beberapa level dan level 1adalah sindrom kepribadian itu sendiri dan level selanjutnya sampai pada level ke-5.
SindromKepribadian
Level1Security-InsecuritySubSindrom
Level2Kekuatan±KetundukkanSub-Subsindrom
Level3Prasangka-EgalitarianismSub-Sub-Subsindrom
Level 4Warna Kulit ± Karakteristik Manusia lebih dalamSub-Sub-Sub-Subsindrom
Level5PerbedaanIndividu±PersamaanIndividu

c. Aktualisasi Diri
Puncak Pengalaman dan B & D RealmsMaslow melakukan studi tentang penyimpangan atau neurotik, dia mengemukakan bahwa individu hanya akanmenghasilkan penyimpangan psikologi. Studi ini dilakukan terhadap seseorang yang menyadari sepenuhnya akanpotensi-potensi dirinya. Menggunakan metode penelitian klinis. Maslow menemukan bahwa setiap subjek penelitianitu mengalami neurosis, kepribadian psikopat, psikosis dan kecenderungan penyimpangan-penyimpangan yang lain. Puncak PengalamanMaslow memulai studi tentang puncak pengalaman ini, dengan bertanya kepada subjek tentang pengalaman yangpaling indah dalam hidup mereka. Saat yang sangat membahagiakan, ketika merasa sangat dicintai atau ketikasedang mendengarkan musik atau saat kita melakukan hal yang kreatif. Orang yang mengalami puncak daripengalamannya ini akan merasa mempunyai integritas diri. Ada 7 pengaruh dari puncak pengalaman ini, yaitu:
1. Menyembuhkan gejala-gejala neurotik
2. Kecenderungan untuk memandang diri dengan lebih baik
3. Perubahan dalam memandang orang lain, sehingga memperbaiki hubungan dengan mereka
4. Perubahan dalam memandang dunia
5. Melahirkan kreativitas, spontanitas dan ekspresif
6. Berusaha untuk mengulangi pengalaman yang membahagiakan
7. Memandang hidup lebih bermanfaat
B & D RealmsMenurut Maslow seorang individu berhubungan dengan dunia melalui 2 metode yaitu D dan B realms. D adalahdefisiensi, individu yang hanya puas dengan memenuhi kebutuhan dasarnya saja. Dan B adalah being, ketikakebutuhan dasar dan motif-motifnya sudah terpenuhi, individu akan mulai fokus pada motivasi, aktualisasi diri danmemperkuat eksistensi dirinya.
Hal-hal yang Mendorong Aktualisasi DiriMaslow tidak mengemukakan teori yang formal tentang perkembangan kepribadian. Dia lebih fokus padaperkembangan aktualisasi diri, ide-idenya tentang bagaimana individu dapat mengaktualisasikan diri dan bagaimanapendidikan dan masyarakat dapat mendorong aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dimunculkan di sekolah(Maslow 1971).

TEORI CARL ROGERS
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau terapi yang berpusat padaklien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya pada proses terapi bahwa Carl Rogers adalah terkenaldalam dunia psikologi. Metode Rogers telah tersebar luas antar orang-orang dalam berbagai profesi, sebagai contohkonselor pendidikan, konselor bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers adalah orang pertama yang melibatkan penelitike dalam sesi terapi (memakai tape recorder), yang pada tahun 1940an membuka sesi klien untuk dicermati oranglain masih tabu. Dengan cara itu orang mulai belajar mengenal hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.
Struktur KepribadianSejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankanaspek struktural dari kepribadian. Namun, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya, organisme, medan fenomenal, dan self. OrganismeOrganisme adalah secara fisik makhluk dengan semua fisik dan fungsi psikologi. Hal tersebut termasuk medanfenomenaldanself.

a. Self (diri)
Self pada konsep self adalah diorganisir, konsisten konseptual gestalt yang terdiri dari persepsi pada karakteristik ‘aku’ atau ‘saya’ dan persepsi pada hubungan ‘aku’ atau ‘saya’ pada yang lain dan berbagai aspek kehidupan,bersama-sama dengan nilai-nilai yang ada untuk persepsi ini´ (Rogers, 1959). Self merupakan cairan, perubahanGestalt, dan mungkin menjadi di dalam atau keluar dari kesadaran. Self merupakan pusat konstruksi dalamteoriRogers.

b. Dinamika Kepribadian
Rogers, organisme mempunyai kekuatan motivasi yang tunggal dan tujuan yang tunggal dalam hidup yaitu menjadiaktualisasi diri. Dua dari banyaknya kebutuhan yang penting adalah kebutuhan untuk penerimaan secara positif (positive regards) pada yang lain dan kebutuhan untuk penerimaan diri (self regards). Kebutuhan ini dipelajari sejak masa infansi, ketika bayi dicintai dan disayang dan menerima penerimaan secara positif dari orang lain.


c. Perkembangan Kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, dan tidak melakukan riset jangka panjang yangmempelajari hubungan anak dengan orangtuanya. Namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orangyang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom, sosial, dan secarakeseluruhan semakin aktualisasi diri. Struktur self menjadi bagian terpisah dari medan fenomenal dan semakinkompleks. Self berkembang secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap kongruen denganstruktur self.
Menurut Rogers tujuan hidup adalah mencapai aktualisasi diri, atau memiliki ciri-ciri kepribadian yang membuatkehidupan menjadi sebaik-baiknya. Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupanyang sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat berpartisipasi sepenuhnyasesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkanindividu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yanglengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.
Para psikolog yang beraliran humanistik percaya bahwa inti dari perkembangan individu adalah kekuatan dorongandari diri individu itu sendiri untuk memaksimalkan potensi diri mereka. Abraham Maslow dan Carl Rogersmenghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan pandangan humanistik secara luas, sehingga dapat diterimaoleh para pekerja yang peduli akan kesehatan mental. Konsep dan teori mereka telah menghasilkan suatu legitimasidemi kemajuan masa depan para pendidik, psikolog, dan konselor.
Maslow dan Rogers keduanya sama-sama menekankan sisi keunikan manusia sebagaimana mereka tumbuh danberkembang, para ahli kesehatan mental menyebutnya sebagai ´individual differences´.Seorang individu akan berkembang dengan sehat apabila atmosfir dan lingkungan dimana mereka tumbuh dapatmenerima dan memberikan ´positive regards´ kepada mereka. Mengacu pada teori Maslow sejumlah informasi danteknik modifikasi tingkah laku tidaklah terlalu penting, selama individu tersebut secara alami selalu bersikap baik dan melakukan hal-hal yang baik. Pertumbuhan individu memberikan nilai-nilai yang dapat membantu merekauntuk memilih dan memfilter apa yang dialami, dilihat dan pelajari, sehingga membentuk sikap dan gaya belajar yang menjadikan setiap orang unik dan berbeda.

D. TEORI KEPRIBADIAN SIFAT/TRAIT
Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan tipe (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada trait.
Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu:
• Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain, sehingga:
• Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
• Trait konsisten dari situasi ke situasi
• Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena:
• ada proses adaptif
• adanya perbedaan kekuatan, dan
• kombinasi dari trait yang ada
Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun (Feist, 2006).
Teori trait dimunculkan pertama kalinya oleh Gordon W. Allport. Selain Allport, terdapat dua orang ahli lain yang mengembangkan teori ini. Mereka adalah Raymond B. Cattell dan Hans J. Eysenck.
Allport mengenalkan istilah central trait, yaitu kumpulan kata-kata yang biasanya digunakan oleh orang untuk mendeskripsikan individu. Central trait dipercaya sebagai jendela menuju kepribadian seseorang. Menurut Allport, unit dasar dari kepribadian adalah trait yang keberadaannya bersumber pada sistem saraf. Allport percaya bahwa trait menyatukan dan mengintegrasikan perilaku seseorang dengan mengakibatkan seseorang melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan ataupun rencananya) terhadap situasi-situasi yang berbeda. Walaupun demikian, dua orang yang memiliki trait yang sama tidak selalu menampilkan tindakan yang sama. Mereka dapat mengekspresikan trait mereka dengan cara yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat masing-masing individu menjadi pribadi yang unik. Oleh sebab itu Allport percaya bahwa individu hanya dapat dipahami secara parsial jika menggunakan tes-tes yang menggunakan norma kelompok.
Sama seperti Allport, Cattell juga percaya bahwa kata-kata yang digunakan seseorang untuk menggambarkan dirinya dan orang lain adalah petunjuk penting kepada struktur kepribadian. Perbedaan mendasar antara Allport dan Cattell adalah bahwa Cattell percaya kepribadian dapat digeneralisir. Yang harus dilakukan adalah dengan mencari trait dasar atau utama dari ribuan trait yang ada.
Menurut Allport, faktor genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam menentukan perilaku manusia. Bukan hanya faktor keturunan sendiri atau faktor lingkungan sendiri yang menentukan bagaimana kepribadian terbentuk, melainkan melalui pengaruh resiprokal faktor keturunan dan lingkungan yang memunculkan karakteristik kepribadian.
Sehubungan dengan adanya peran genetik dalam pembentukan kepribadian, terdapat 4 pemahaman penting yang perlu diperhatikan:
1. Meskipun faktor genetik mempunyai peran penting terhadap perkembangan kepribadian, faktor non-genetik tetap mempunyai peranan bagi variasi
kepribadian.
2. Meskipun faktor genetik merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi lingkungan, faktor non-genetik adalah faktor yang paling bertanggungjawab
akan perbedaan lingkungan pada orang-orang
3. Pengalaman-pengalaman dalam keluarga adalah hal yang penting meskipun lingkungan keluarga berbeda bagi setiap anak sehubungan dengan jenis
kelamin anak, urutan kelahiran, atau kejadian unik dalam kehidupan keluarga pada tiap anak.
4. Meski terdapat kontribusi genetik yang kuat terhadap trait kepribadian, tidak berarti bahwa trait itu tetap atau tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe.
Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat- sifat seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar